Kamis, 09 Juli 2009

Diklat

Hand Out

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENDIDIK


Disajikan dalam rangka Diklat Cakep
1 - 6 Desember 2006
Di Hotel Wijaya Jombang




















Oleh :
Nurali, S.Pd., M.Si
Pengawas Satuan Pendidikan
Kab Jombang





PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
DINAS PENDIDIKAN
Jalan Patimura Nomor 5 telp 861827





Kepala Sekolah Sebagai Pendidik[1]
Oleh : Nurali, S.Pd., M.Si.
Pengawas Satuan Pendidikan
Kabupaten Jombang

Pokok Materi :
Ruang Lingkup Tugas dan Kemampuan yang harus dimiliki Kepala Sekolah :
Prestasi Sebai Guru
Kemampuan membimbing guru
Kemampuan membimbing karyawan
Kemampuan membimbing siswa
Kemampuan membimbing staff
Kemampuan mengikuti perkembangan IPTEK
Kemampuan memberikan contoh mengajar

Uraian Materi
Selayang Pandang
Era otonomi daerah membawa perubahan besar dalam penyelenggaraan pendidikan. Para penyelenggara sekolah mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dituntut mengaktualisasikan kiemampuan dirinya untuk tetap survive dalam menghadapi tantangan global di dunia pendidikan. Betapa tidak, era otonomi daerah telah membagunkannya dari tidur nyenyak dan mimpi gemerlap kemampanan keadaan. Betapa tidak! Jauh sebelum otonomi digulirkan para penyelenggara sekolah khususnya Kepala Sekolah tidak usah bersibuk ria mengelola sekolah dengan seribu macam kegiatan Semua kegiatan telah digulirkan terstruktur dari pusat hingga daerah. Kini masa-masa itu telah berlalu. Semua perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berpulang pada sosok Kepala Skeolah sebagai penaggungjawab kegaiatan belajar mengajar di Sekolah.
Senada dengan era yang menyertai, paradigma kemapanan yang terproteksi harus berubah menjadi kemapanan karena kemandirian. Kepamapanan karena jatidiri sebagai sosok pengelola sekolah yang berdaya, progresif menyongsong hari depan dengan semangat meningkatkan martabat bangsa melalui pendidikan. Tanpa penemuan kembali, jatidiri yang telah lama tenggelam akan hilang selamanya. Ibarat peperangan, genderang telah ditabuh, saatnya bangkit menyongsong tantangan, merubah paradigma ketergantungan menjadi kemandirian. Meraih impian menjadi kenyataan dengan pemberdayaan segenap komponen Sekolah.
Oleh karenanya, model perilaku kepala sekolah yang sering berguman dalam diam, ’Sekolah adalah aku’ harus dieleminir. Permasalahan tidak lagi harus dihindarkan tetapi dimanage untuk dijadikan kekuatan, instruksi harus berubah menjadi koordinasi. Out put kegiatan bukanlah ending dari setiap kegiatan bila prosesnya tidak dilalui secara alamiah dan cerdas. Sekolah adalah komunitas kehidupan yang memiliki visi dan misi yang sama dalam mencerdaskan anak bangsa di bawah kepemimpinan Kepala Sekolah. Dan yang pertama harus dilakukan Kepala Sekolah tentunya adalah menjadi pendidik yang baik, baik bagi anak didiknya, bagi pendidiknya dan bagi dirinya sendiri.

Kepala Sekolah adalah Pendidik
Di antara berbagai kesibukan yang harus dilakukan, ada satu yang tidak bisa ditinggalkan. Karena tugas tersebut terimplikasi ke dalam semua tugas pokok dan fungsi Kepala Sekolah. Tugas tersebut adalah Kepala Sekolah sebagai pendidik. Tugas Kepala Sekolah sebagai pendidik memiliki representasi sebagai berikut: 1) Prestasi Sebagai Guru, 2) Kemampuan membimbing guru, 3) Kemampuan membimbing karyawan, 4) Kemampuan membimbing siswa, 5) Kemampuan membimbing staff, 6) Kemampuan mengikuti perkembangan IPTEK, dan 7) Kemampuan memberikan contoh mengajar.
1. Prestasi Sebagai Guru
Prestasi sebagai guru dimaknai bahwa Kepala Sekolah merupakan seorang guru. Pemahamannya guru yang telah melaksanakan tugasnya baik secara administratif maupun secara substansial yang bisa ditiru dan diteladani oleh pendidik di skeolahnya. Melalui tampilan sosok guru yang bisa diteladani karena pekerjaan yang telah dilaksanakan itulah selanjutnya Kepala Sekolah disebut sebagai pengejwantahan guru yang berprestasi.
Pemaknaan pestasi sebagai guru tidak serta merta harus dibuktikan dengan segudang prestasi muridnya, atau penghargaan karena berbagai even lomba atas kecakapannya. Melainkan prestasi yang diyakini oleh lingkungan sekitar sekolah karena dedikasi dan loyalitasnya terhadap tugas. Betapa mengagumkan bila seorang Kepala Sekolah harus datang pagi pagi ke sekolah karena memberikan tambahan pelajaran, dan keberangkatan tersebut disaksikan para orang tua yang secara bersamaan juga berangkat ke sawah, atau malam-malam mengadakan home visit kepada orang tua murid saat orang tua lainnya sudah menjelang lelap. Hal inilah yang sebenarnya disebut sebagai prestasi yang tercatat di hati para orang tua.
Secara sederhana, prestasi kepala sekolah sebagai guru dapat dimaknai sebagai Kepala Sekolah yang tetap melaksanakan pekerjaan guru, sesuai peraturan dan perundang-undangan yang ada. Kepala Skeolah harus memiliki jadwal mengajar yang pasti, menyusun Promes, Silabus, RPP, menilai, mnganalisis, melakukan perbaikan, dan melakukan pengayaan sesuai dengan Mata Pelajaran yang diampunya. Kepala Sekolah sebagai pendidikpun pada saatnya diharapkan untuk mau dan mampu memberikan bimbingan kepada siswa yang bermasalah.

2. Kemampuan Membimbing Guru
Kemampuan membimbing guru diartikan mampu memahami permasalahan yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar serta memberikan pemecahan atas masalah yang dihadapi guru. Kemampuan membimbing guru ini sangat diprlukan, mengingat setiap manusia memiliki titik lemah. Meskipun di sisi laion memiliki sejumlah kelebihan. Pada titik yang lemah inilah diharapkan Kepala sekolah mampu memberikan pencerahan sehingga kelemahan yang ada dapat ditutup.
Guru yang memiliki masa kerja panjang dengan tugas pada suatu kelas secara terus menerus mungkin sudah sangat paham dengan materi yang akan diajarkan. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bagi guru-guru baru, guru-guru yang melaksanakan tugas secara berkelanjutan bergiliran mengikuti kelas yang dibinanya, guru-guru yang baru diangkat atau tenaga sukarelawan, memerlukan pertimbangan-pertimbangan dalam memberikan materi pelajaran. Mata Pelajaran PKn misalnya, setiap saat mengalami perubahan, bahkan dapat dikatakan setiap lima tahun pasti mengalami perubahan.
Di kelas enam terdapat kompetensi dasar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara sesuai dengan UUD 45 yang diamandemen. Salah satu di antaranya adalah Mahkamah Konstitusi dengan tugas, wewenang dan kewajibannya. Materi tersebut perlu pemahaman secara intensip karena menyebut tugas MK sebagai pemutus akhir perkara, harus diawali dengan persidangan persidangan sebelumnya secara berjenjang. Nah, dalam porsi tersebut apakah perlu dijelaskan secara mendetail rentetan perkara mulai sidang awal dan selanjutnya, atau hanya disebutkan tugas dan wewenangnya saja tanpa menyebut urutan. Sementara untuk urutan dibiarkan hingga anak masuk pada jenjang yang lebih tinggi sehingga mengetahui dengan sendirinya.
Di kelas enam untuk mata pelajaran IPA juga terdapat ciri-ciri masa remaja yang diantaranya menstruasi. Sejauh mana materi ini ruang lingkupnya diberikan kepada anak. Apakah perlu pemisahan antara anak laki-laki dengan anak perempuan dalam pelaksanaan KBM nya. Hal inilah yang sangat memerlukan pertimbangan guru guru senior, di antaranya adalah Kepala Sekolah.
Kemampuan Kepala Sekolah dalam membimbing guru ini tentunya dapat dilaksanakan dengan baik apabila Kepala Sekolah juga melaksanakan tugasnya sebagai guru. Tanpa melaksanakan tugas sebagai guru, maka bila hendak membimbing guru tentu bagaikan pepatah jauh panggang dari api. Hal ini bisa dilihat dari fenomena yang ada di sekeliling kita, mungkin masih banyak Kepala Sekolah yang hanya mengajar bila ada guru yang berhalangan hadir, amatilah bagaimana cara mengajarnya, cara berbicara di depan anak didik. Tentu akan berbeda dengan Kepala Sekolah yang melaksanakan tugas mengajar secara rutin. Kerangka kemampuan ketika melaksanakan tugas mengajar inilah yang nantinya juga menjadi frame dalam membimbing guru.
Kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam membimbing guru meliputi sejumlah tugas yang dilaksanakan oleh guru, seperti menyusun promes, silabus RPP. Penilaian, analisis dan seterusnya. Bagaimana mungkin Kepala Sekolah mampu menyusun Promes bila dia sendiri tidak pernah menyusun promes? Bagaimana Kepala Skeolah mampu membimbing menyusun Silabus dan RPP bila selama ini belum pernah melakukan penyusunan Silabus dan RPP. Kiranya beberapa hal tersebut dapat dijadikan cermin bila hendak melaksanakn tugas dalam membimbing guru.


3. Kemampuan Membimbing Karyawan
Sekolah tentu memiliki karyawan, apapun bentuknya dan berapa pun jumlahnya. Sekurang-kurangnya ada penjaga di sekolah. Penjaga inilah satu-satunya karyawan yang harus dibimbing dalam melaksanakan tugasnya. Meskipun dalam struktur organisasi sekolah berada pada tataran yang paling rendah, ia adalah manusia, punya harkat dan martabat, ingin dimanusiakan juga. Dan merupakan rangkaian dari suatu sistem dari tata laksana sekolah.
Sebagai bagian dari sebuah sistem dia adalah komponen yang ikut bersama-sama membangun kelangsungan sekolah. Pernahkah anda bayangkan seorang penjaga yang memboikot pelaksanaan sekolah, kemudian dia mengunci sekolah sehari saja, apa yang terjadi? Bukankah kelangsungan proses belajar mengajar akan terganggu, meskipun para penjaga kita tidak pernah sekalipun memikirkan hal tersebut. Dari sinilah seharusnya para Kepala Sekolah harus memulai menata diri dalam membimbing karyawan.
Para penjaga sekolah kita lazimnya melaksanakan tugas membuka sekolah di pagi hari, menyapu halaman, serta menutupnya di siang hari. Melakukan pengamanan di malam hari, sereta beberapa kerusakan yang ada di sekolah sering diminta untuk membetulkannya. Sederhana sekali dan rasanya terlalu ringan untuk dipandang, sehingga kita hanya memandang sebelah mata akan peran dan fungsinya.
Tugas Kepala dalam membimbing karyawan adalah memderdayakan tenaga yang ada untuk dapat bekerja secara maksimal dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Kepala Sekolah dapat memberdayakannya dengan memberikan rincian tugas pokok dan fungsi yang jelas, terukur dan proporsional. Rincian-rincian tugas pokok dan fungsinya tergantung kebutuhan penyelesaian pekerjaan yang ada. Dalam hal ini Kepala Sekolah dapat membagi wilayah pekerjaaan menurut waktu, misalnya apa yang harus dikerjakan setiap hari, mulai membuka pintu sekolah, membersihkan halaman, kamar mandi, ruang kelas, meminta catatan siswa yang tidak masuk dari tiap-tiap kelas, menutup pintu dan menguncinya, serta mengamankan di waktu malam. Pekerjaan yang harus dikerjakan setiap minggu misalnya mengkontrol bak sampah, rumput atau perdu yang ada di lingkungan sekolah, mengamati seluruh ruang kelas yang ada mulai dari bangku, gambar-gambar yang tidak bagus penataannya, papan tulis yang rusak, atap yang sudah mulai lapuk. Pekerjaan tiap bulan misalnya mengirim lapor bulan, membersihkan alat peraga yang ada, mengkontrol saluran air di sekolah, menkontrol seluruh lingkungan sekolah, atap sekolah yang masih dalam keadaan baik.
Pekerjaan tersebut tidak mutlak harus dilakukan penjaga, bisa juga ditambah tugas lain, atau bisa juga dikurangi. Sekali lagi prinsip proporsional harus tetap dilaksanakan. Bila karyawan memiliki skill lebih dari sekedar pekerjaan kasar tentunya dapat diberdayakan lagi. Sebab karyawan sekolah yang ada sebagian besar berusia muda, tentunya dapat meniti karier lebih tinggi bila memiliki ketrampilan dan kemampuan yang lebih. Dalam hal ini motivasi Kepala Sekolah menjadi salah satu jembatan untuk berkarya lebih baik lagi bagi karyawan sekolah.

4. Kemampuan membimbing siswa
Kemampuan membimbing siswa dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu membimbing siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar, Membimbing Siswa dalam bentuk tambahan pelajaran, dan membimbing siswa dalam bentuk ekstra kurikuler atau pengembangan diri. Membimbing siswa dalam kegiatan belajar difokuskan pada pembinaan anak yang bermasalah dalam pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Misalnya Kepala Sekolah mengampu mata pelajaran Matematika, masalah-masalah yang dihadapi anak dalam mata pelajaran Matematika harus dapat dibimbing dengan baik. Mulai penguasaan konsep, pemahaman dan aplikasinya harus dikuasai beanr oleh Kepala Sekolah. Kepala Sekolah dalam hal ini dapat juga memberikan bimbingan belajar secara pribadi pada jam-jam kosong kepada anak-anak yang benar benar belummenguasai konsep tertentu dalam mata pelajaran yang dibinakan.
Membimbing siswa dalam pemberian pelajaran tambahan merupakan pengayaan dari mata pelajaran yang diampu pada kegiatan belajar mengajar. Dalam hal tersebut tentunya memiliki perbedaan yang specifik dengan kegiatan pembelajaran biasa. Bila pembelajaran biasa Kepala Sekolah menyajikan konsep secara linier sesuai urutan KD dalam Standar Isi, dalam pemberian bimbingan pelajaran tambahan harus masuk pada wilayah kiat-kiat pengerjaan soal. Misalnya perkalian cepat, pembagian cepat, rumus-rumus alternatif yang mempermudah anak mengerjakan soal dan sebagainya.
Membimbing siswa dalam kegiatan pengembangan diiri ini memerlukan ketrampilan khusus. Kepala sekolah yang pernah ikut kursus mahir dasar Pramuka dapat menjadi pembina Pramuka, mungkin yang menguasai seni tari, seni musik, teater, atau memiliki ketrampilan membuat handicraft dapat dijuga diberikan kepada anak didiknya. Bimbingan yang bersifat umum kadang juga perlu n untuk dimiliki Kepala Sekolah, misalnya melatih Upacara Bendera, menjelang lomba puisi, menyanyi,melatih gerak jalan dan sebaginya. Mengapa Kepala Skeolah harus bisa melakukan, sebab secara nyata Kepala Sekolah memiliki waktu lebih banyak dibandingkan para guru.

5. Kemampuan membimbing staff
Pengertoan staff pada dasarnya tidak berbeda dengan karyawan. Pengertian Staff sering dibrikan kepada pekerja yang ada di kantor, sementara karyawan adalah mereka yang ada di lapangan. Sebenarnya secara umum masih dalam kategori yang sama yaitu karyawan. Hanya saja bila diberi istilah staff maka merujuk pada tata usaha sekolah.
Tata usaha merupakan salah satu tenaga yang dibutuhkan di Sekolah Dasar dan hal ini telah diatur dalam PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 35 tentang Standar Tenaga Kependidikan. Dikatakan disana bahwa Tenaga kependidikan pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah (Pasal 35 Ayat 1 huruf b). Namun demikian, apakah dengan demikian sudah mutlak dapat dipenuhi, tentunya harus dilakukan analisis atas pekerjaan yang ada di sekolah. Bila sebuah Sekolah memiliki jumlah ruang kelas yang besar tentunya dapat diupayakan pemenuhannya, tetapi bila sebaliknya justru akan menimbulkan pemborosan dana dan tenaga.
Bila secara kebetulan sebuah Sekolah memiliki kelas yang besar minimal dua kali dari jumlah konvensional maka dapat diangkat tenaga dministrasi. Dalam hal tersebut Kepala Skeolah nharus mampu mengembangkannya agar dapat bekerja secara maksimal untuk mendukung keberhasilan pendidikan. Harus diingat bahwa semua komponen pekerja yang ada di sekolah harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemajuan sekolah. Tugas pokok dan fungsi semua komponen juga dalam rangka mendukung kemajuan sekolah. Hanya karena adanya sekolah maka mereka ada. Jadi bukan adanya tenaga yang membuat pengadaan sebuah sekolah.
Pembimbingan terhadap staff dapat dilakukan mulai dari inventarisasi pekerjaan yang ada, kemudian menyusun job description penugasan pada staff, dan diakhiri dengan evaluasi atas kinerja yang diberikan. Dalam hal pemberian bimbingan agar berlangsung secara jujur, adil dan memiliki output yang terukur perlu dibuat buku kendali kerja. Buku ini memuat, pekerjaan apa yang dilakukan, kapan pekerjaan itu diberikan, kapan harus diselesaikan, kepada siapa tugas itu diberikan dan bagaimana hasil pekrjaannya. Pada setiap akhir bulan diadakan evaluasi, berapa kali mendapatkan disposisi untuk melakan pekerjaan, bagaimana pekrjaan diselesaikan, tepat waktu, mundur, atau tidak dikerjakan sama sekali. Atas dasar hasil catatan pada buku kendali kerja dapat diberikan pembinaan sesuai permasalahan yang dihadapi para staff.
Untuk itu diperlukan kecermatan Kepala Sekolah dalam menyusun job deskription, dipahami benar kemampuan masing-masing staff yang ada, serta kapasitas pekerjaan yang harus dilakukan. Jangan pernah dilakukan staff yang lebih rendah tingkatannya mengerjakan pekerjaan yang bukan porsinya, hal ini akan menimbulkan preseden yang tidak baik, kecuali dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dan harus dikerjakan oleh seorang bawahan.
Bentuk lain dalam pengembangan dan pembimbingan staff termasuk juga karywan dan guru dapat dilakukan melalui peningkatan profesionalisme misalnya diklat, seminar, lokarkarya. Pembinaan karir dan juga pembinaan kesejahteraan. Ketiga hal tersebut merupakan persoalan mendasar yang menyentuh kepentingan para staff. Bila Kepala Sekolah tidak peka terhadap tiga hal tersebut, dikhawatirkan pembinaan yang dilakukan akan mencapai titik balik. Tidak menjadikan berhasil justru merusak kondisi baik yang sudah tercipta.

6. Kemampuan mengikuti perkembangan IPTEK
Kemampuan mengikuti perkembangan IPTEK sangat dituntut dari seorang Kepala Sekolah. IPTEK merupakan pintu ke arah perkembangan keilmuan yang tentunya harus segera diadaptasi oleh segenap komunitas sekolah, utamanya dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar. Sebagai contoh dalam hal pengembangan bahan ajar, tidak lagi harus bersumber dari buku teks, tetapi dapat juga mengakses materi melalui internet, melalui cakram datar yang diproduksi oleh pusat pembelajaran, dan sumber lain yang relevan.
Mengingat pintu pengetahuan yang sedang berkembang menuntut penguasan perangkat teknologi komunikasi maka Kepala Sekolah pun harus menguasai perangkat teknologi dimaksud. Tapa penguasaan piranti pembuka tersebut akan sangat sulit untuk mengakses informasi yang diperlukan. Oleh karena itu, bila sebelumnya perangkat teknologi informasi merupakan barang langka dan mungkin luks, kini harus menjadi sebuah kebutuhan. Selain itu, alat tersebut juga sangat membantu tugas-tugas yang harus dikerjakan Kepala Sekolah.
Mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi sebenarnya merupakan pekerjaan yang sangat luas. Pengembangan keilmuan tersebut tidak hanya bersifat akademis saja, tetapi juga hal-hal yang praktis, seperti bagaimana menyetek adenium, euforbia, serta tanaman-tanaman lain. Pengetahuan-pegetahuan praktis tersebut selain akan dapat memebrikan kontribusi secara pribadi juga dapat dijadikan life skill bagi anak didik dan mungkin juga income bagi skeolah. Oleh karena itu tidak ada salahnya bila mendapatkan ilmu semacam itu. Akhirnya juga dapat memberikan kontribusi baik secara pribadi maupun kelembagaan.

7. Kemampuan memberikan contoh mengajar
Kemampuan membeirkan contoh mengajar merupakan representasi dari tugas Kepala Sekolah sebagai pendidik. Bila dia melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan baik, tentunya memberikan contoh mengajar tidak perlu dilakukan lagi. Memberikan contoh mengajar diberikan kepada guru yang kurang mampu mengelola pembelajaran, dan dia harus diberikan contoh mengajar. Bila Kepala Sekolah telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, guru akan langsung bisa mengamati bagaimana Kepala Sekolah mengajar tanpa harus memberikan contoh secara langsung. Di sinilah sebenarnya pentingnya kepala Sekolah melaksaakan trugasnya sebagai guru.
Boleh jadi memberikan contoh mengajar dapat dilakukan dengan baik oleh guru, akan tetapi letak persoalannya pada kesungguhan dalam bekerja seorang Kepala Sekolah. Minimal Kepala Sekolah harus bisa berbuat sesuai dengan yang telah disampaikan, sehingga tidak muncul perkataan, bisanya Cuma omong saja, nyatanya disuruh emberi contoh tidak bisa’. Bila hal tersebut muncul maka Kepala Skeolah tidak memiliki nilai lebih di mata anak buahnya. Tetapi bila mampu membeikan contoh menajar dengan baik, maka kehormatan dan kepercayaan akan muncul lebih besar dari anak buahnya, utamanya para guru.
Oleh karena itu, bila pada saatnya harus memberikan contoh mengajar, maka Kepala Skeolah harus memeprsiapkan dengan baiknya. Bila perlu berdiskusi dengan teman sesama Kepaal Sekolah agar lebih mantap dalam memberikan contoh mengajar. Bukankah ada KKKS yang memiliki tugas membantu Kepala Sekolah dalam menyelesaikan tugas Kepala Sekolah yang memiliki masalah. Kelompok tersebut harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Tugas Guru, itu Apa?
Berdasarkan kepmendibud 025/U/1995 tentang Petunjuk Teknis Jabatan fungsional Guru dan Angka Kreditnya, disebutkan bahwa tugas guru sekruang-kurangnya ada enam, yaitu menyusun program, melaksanakan program, menilai, melakukan analisis, perbaikan dan pengayaan. Program-program dimaksud berupa program pembelajaran yang meliputi Promes, Silabus, dan RPP. Dalam RPP itu sendiri includ persoalan penyusunan alat evaluasi dan penentuan langkah pembelajaran. Pada handout ini akan diuraikan seacara sederhana penyusunan promes, silabus, dan RPP.

1. Program Semester
Program semester disusun oleh guru atau kepala Sekolah sebagai guru di awal semester. Program semester berupa perencanaan waktu yang dibutuhkan dalam menyampaikan kompetensi dasar dalam satu semester. Perencanaan waktu tersebut dibuat dengan mempertimbangkan minggu efektif dalam satu semster, kegiatan-kegiatan non pembelajaran yang harus diikuti sekolah, hari efektif fakultatif, serta hari lain yang tidak memungkinkan dilakanakan pembelajaran.
Cara sederhana yang dapat ditempuh adalah dengan menghitung jumlah KD yang ada dalam satu semester, menghitung jumlah minggu efektif dalam satu semster termasuk jumlah jam pelajaran tiap Mata pelajaran. Selanjutnya jumlah jam dalam satu semester tersebut dibagi jumlah kompetensi dasar yang ada, dan ditemukan alokasi waktu untuk masing-masing kopetensi dasar. Cara sederhana ini masih menganggap kompetensi dasar dengan keluasan materi yang sama, belum dilakukan analisis secara mendalam terhadap ruang lingkup materi. Setelah ditemukan angka angka dasar dari hasil pembagian tersebut, dapat dijadikan bekal untuk menambahkan alokasi waktu tiap KD setelah melakukan analisis secara mendalam.
Misalnya :
Jumlah Komtensi Dasar (KD) dalam satu semester ada 12
Alokasi waktu untuk mapel tersebut 4 jam
Minggu efektif yang tersedia 17 minggu
Maka jumlah jam pelajaran dalam satu semester tersebut adalah 4 jam x 17 minggu = 68, untuk itu alokasi waktu tiap-tiap KD adalah 68 : 12 = 5 atau 6 jam termasuk di dalamnya kegiatan ulangan, perbaikan dan pengayaan. Alokasi yang 5 atau 6 jam tiap KD dapat ditambah atau dikurangu setelah dilakukan analisis keluasan pengembangan bahan ajar pada tiap-tiap KD.
Cara tersebut dapat dikatakan cukup sederhana. Kepala Sekolah sebagai guru dapat menggunakan cara lain yang lebih tepat dengan menyesuaikan pada situasi kondisi yang ada. Kondisi yang ada misalnya, mengajar Kelas VI untuk Mata pelajaran Matematika, KD selama satu tahu disampaikan seacara keseluruhan pada semester 1, sedangkan semester 2 khusus membahas soal-soal Ujian l, guna menghadapi UASBN misalnya. Hal tersebut juga merupakan program pembelajaran yang disusun oleh Kepala skeolah sebagai guru.
Berdasarkan Program Semester yang telah dibuat oleh Kepala Sekolah selanjutnya dijadikan acuan dalam menyusun Silabus. Bekal alokasi waktu akan memberikan kemudian dalam mengitung jumlah jam tiap KD yang harus dituangkan dalam Silabus. Dengan menyusun Program Semester satu langah awal telah diselesaikan dalam mempersiapakan program pembelajaran.

2. Menyusun Silabus
Silabus dapat dimaknai sebagai garis-garis besar kegiatn yang dilakukan dalam pembelajaran. Pengertian secara rinci sebagaimana tertuang dalam panduan penyusunan silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus dibuat guna menjawab pertanyaan pertanyaan, kompetensi apa yang harus dikuasai siswa, bagaimana cara mencapainya serta dengan apa kompetensi tersebut diukur. Bila telah disusun Silabus, maka ketiga pertanyaan tersebut telah dijawab. Pedoman penyusunan Silabus diatur dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Komponen yang terdapat dalam silabus meliputi : Identitas Mata pelajaran atau ema pelajaran, SK, KD, Materi pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, Indikator Pencapaian Kompetensi, Penilaian, Alokasi Waktu dan Sumber Belajar. Dari komponen tersebut selanjutnya dapat dibaca garis garis besar langkah kegiatan yang akan dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran. Dari beberapa komponen tersebut selajutnya dipresentasikan dalam bentuk matrik, agar pemahamannya lebih konsisten. Matrik dimaksud adalah sebagai berikut :
Format Silabus
Identitas SilabusMata pelajaran :
Kelas/Semester :
Standar Kompetensi :

KD
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar








Pola pikir yang dapat dikembangkan dalam menyusun silabus setelah mengutip identitas, SK dan KD adalah sebagai berikut: setelah mengutip KD diiembangkan pertanyaan, indikator apa saja yang. menjadi penanda penguasaan kompetensi. Indikator-indikator tersebut selanjutnya dikembangkan dalam bentuk materi ajar. Bila materi ajar sudah tersusun, dikembangkan pertanyaan, dengan cara bagaimana yang dikembangkan guru agar indikator kompetensi dapat dikuasai siswa sehingga kompetensi dasarnya juga dapat dikuasai.
Langkah berikutnya adalah menyusun alat penilaian, pertanyaan yang dimunculkan adalah dengan cara apa indikator pencapaian KD dapat diukur, dan butuh waktu berapa lama untuk menguasai indikator yang telah dikembangkan, setelah itu, dari mana sumber belajar didapat guna mendukung pencapaian kompetensi dasar. Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat ditulis jawabannya dengan tepat maka jadilah sebuah silabus yang merupakan langkah pokok dalam pembelajaran.
Aplikasi dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kurang lebih demikian :

SK
Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya
KD
Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu

Pertanyaan yang dikembangkan adalah apa saja ciri-ciri anak yang menguasai (indikator) Kompetensi Dasar di atas?. Ciri-ciri anak yang menguasai kompetensi (indikator) di atas adalah yang mampu :
1. menyebutkan contoh benda padat
2. menyebutkan contoh benda cair
3. menyebutkan contoh benda gas
4. menyebutkan sifat bentuk benda padat
5. menyebutkan sifat bentuk benda cair
6. menyebutkan sifat bentuk benda gas
Berdasarkan indikator tersebut kemudian dapat disimpulkan materi yang akan di ajarkan. Sesuai contoh, dari enam indikator yang ada sebeanrnya dapat dibagi dalam dua garis besar yaitu bentuk benda dan sifat benda. Maka pada materi pelajaran cukup dituliskan garis besar dari jabaran indikator yang ada, yaitu contoh benda padat, cair dan gas, serta sifat benda padat, cair dan gas. Kedua bahasan iyulah yang dituliskan pada materi ajar.
Penyusunan indikator itu sendiri dapat dibuat dengan mendasarkan diri pada beberapa konsep. Ada yang memulai dengan pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, dsb. Ada juga yang mengembangkan dengan mendasarkan diri pada taksonomi Bloom. Artinya dimulai dari penjelasan tentang pengertian (Ingatan), penjelasan dari penegertian itu sendiri disertai contoh (pemahaman), penerapan secara nyata (Aplikasi), mendaur ulang konsep (analisis), mengembalikan konsep yang telah di daur menjadi pengertian yang utuh (sintesis) dan menilai baik buruk suatu konsep (evaluasi). Dengan demikian luas dan sempitnya pengembangan indikator mutlak tergantung pada kemampuan guru, semakin mampu guru mengembangkan ciri dari sebuah kemampuan, maka semakin banyak indikator yang diciptakan yang berarti juga semakin luasnya materi yang dapat dikembangkan.
Langkah berikutnya adalah menentukan kegiatan pembelajaran Dalam menentukan kegiatan pembelajaran didahului dengan pertanyaan dengan cara apa materi ajar dapat dikuasai siswa. Dengan cara apa tersebut menyangkut pilihan strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karen itu dalam penyusunan kegiatan pembelajaran tersebut dapat terbaca apakah guru masih cendrung mengunakan model tradisional atau telah mengembangkan pembelajaranb moder. Bila dalam kegiatan pembelajaran tertulis guru menjelaskan contoh benda padat, jelas sekali bahwa pola yang dipergunakan adalah guru mengajar murid belajar, artinya tradisional. Akan tetapi bila yang muncul adalah anak mengamati berbagai macam benda padat, cair dan gas yang disediakan, anak mengerjakan LKS hasil pengamatan, anak mendiskusikan, berarti guru mencoba memberdayakan anak untuk mendapatkan pengetahuannya tanpa harus diberitahu.
Pada indikator-indikator yang telah dikembangkan tentu lebih baik disampaikan dengan cara inquiri atau penyelidikan. Anak menyelidiki secara langsung beda-bena yang telah disediakan, kemudian anak akan mendiskusikan bentuk bentik benda yang aa, dan mungkin dengan mengotak atik bena yang ada dapat diketahui sifat bena tersebut. Untuk sampai pada kesimpulan bentuk, sifat dan contoh tersebut harus dipandu guru dalam bentuk penugasan dengan instrumen berupa Lembar kerja Siswa. Pada kondisi yang demikian berarti guru telah mencoba mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan memberdayakan potensi anak didik.
Bila penyusun Silabus telah menyelesaikan langkah pembelajaran praktis usailah sudah roses penyusunan silabus. Sebab kompoen yang tersisa semuanya tidak memrlukan pemikiran yang detail. Alokasi waktu dikutip dari promes yang sudah dibuat, sumber belajar dituliskan berdasarkan buku sumber yang akan dipergunakan.
Yang masih tersisa dan membutuhkan pemikiran selanjutnya adalah penyusunan alat evaluasi. Itupun sesungguhnya telah terpandu oleh adanya indikator maupun langkah pembelajaran. Pada indikator yang telah dikembangkan sebenarnya dapat dibuat pengukuran dengan tes tulis, karena proses pembelajaran dilakukan dengan cata pengamatan berarti bentuk penugasan akan lebih tepat, walaupun pada akhir pelajaran dapat diukur lagi dengan tes tulis yang dilisankan. Pada silbus, bentuk penilaian yang akan dilaksanakan cukup ditulis teknik apa yang akan dibuat, tidak perlu mencantumkan instrumen. Instrumen penilaian secara rinci akan dibuat ketika sudah menyusun RPP.

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pembelajaran adalah operasionalisasi dari silabus yang sudah dibuat. Bila Silabus merupakan garis garis besar, RPP ada adalah jabaran dari garis garis besar tersebut. Rincian tersebut diharapkan sudah sangat aplikatif dalam proses pembelajaran, sehingga RPP akan menjadi skenario pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan.
Komponen RPP sebagaimana dalam Standar Proses meliputi: Identitas Mata pelajaran, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Tujuan, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Ajar, Alokasi Waktu, Metode Pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, Penilaian Hasil Belajar dan Sumber Belajar. Komponen-komponen tersebut dalam penulisannya lebih tepat bila dibuat dalam bentuk narasi, tidak dalam bentuk matrik sebagimana silabus.
Penjabaran silabus menjadi lebih operasional dalam bentuk RPP berdasarkan contoh adalah sebagai berikut:

Mata pelajaran : IPA
Kelas/Semester : IV/1
Standar Kompetensi : Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu

Indikator


1. menyebutkan contoh benda padat
2. menyebutkan contoh benda cair
3. menyebutkan contoh benda gas
4. menyebutkan sifat bentuk benda padat
5. menyebutkan sifat bentuk benda cair
6. menyebutkan sifat bentuk benda gas

Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pengamatan terhadap benda padat, cair dan gas, diharapkan siswa mampu :

1. menyebutkan contoh benda padat
2. menyebutkan contoh benda cair
3. menyebutkan contoh benda gas
4. menyebutkan sifat bentuk benda padat
5. menyebutkan sifat bentuk benda cair
6. menyebutkan sifat bentuk benda gas

Bila melihat rumusan indikator dan tujuan kita melihat kata dan kalimat yang sama, sering sering diasumsikan bahwa tujuan sama dengan indikator. Padahal makna substansialnya tidak sama. Rumusan tujuan harus dideskripsikan dalam bentik proses dan hasil. Pada rumusan tujuan di atas, prosesnya adalah mengamati, hasilnya mampu menyebut. Berbeda dengan indikator, indikator adalah ciri penenada dari kompetensi yang hendak diajarkan. Oleh karena itu tujuan adalah prioritas-prioritas perkerjaan yang dilakukan untuk menguasai indikator yang berujung pada penguasaan kompetensi.
Perbedaan yang lain, bahwa perumusan indikator harus dibuat seacara keseluruhan dari sebuah kompetensi yang akan di ajarkan. Pada tujuan tidak lagi diberlakukan konsep perumusan, melainkan penulisan, karena sifatnya analog pada indikator. Selain itu penulisan tujuan tidak harus dituliskan secara keseluruhan melainkan dapat ditulis sebagian-sebagian karena harus dibagi dengan RPP pada pertemuan yang berikut.

Materi Ajar


Contoh benda padat : ...,...,...
Contoh benda cair : ..., ..., ...
Contoh benda gas ..., ..., ...
Sifat benda padat : ...,...,...
Sifat benda cair : ..., ..., ...
Sifat benda gas ..., ..., ...

Materi ajar memuat fakta, konsep, dan prosedur yang relevan dengan kompetensi dasar atau merupakan pengembangan dari isi indikator. Untuk itu materi ajar harus diuraikan sebagaimana maksud tujuan pembelajaran. Dalam hal tersebut tidak bisa dituliskan hanya pokok-pokoknya saja, sebab bila ditulis pokok-pokoknya maka RPP sebagai penjabaran dari silabus tidak terbukti.

Alokasi Waktu
2 x 35 menit



Alokasi waktu dalam RPP dituliskan berdasarkan hasil bagi dari alokasi waktu yang ada pada silabus dengan jumlah pertemuan yang direncanakan. Misalnya dalam Silabus tertulis alokasi waktu 6 jam, sementara akan dibuat 3 RPP, maka dalam setiap RPP alokasi waktu adalah 2 jam permtemuan atau 2 X 35 menit.

Metode Pembelajaran
Penugasan
Diskusi
Ceramah
Tanya Jawab

Metode pembelajaran adalah pilihan pilihan cara yang akan ditempuh dalam membelajarkan siswa. Pada contoh di atas ada empat metode yang akan dipergunakan, mulai dari penugasan, diskusi, ceramah, tanya jawab. Pola pikir yang mengikuti, anak disuruh mengamati benda-padat, cair dangas, setelah itu mengisi lembar kerja siswa, mendiskusikan lembar kerja siswa, menarik kesimpulan, memberi penguatan, memberikan kesempatan tanya jawab. Pelaksanaan kegiatan tersebut akan tampak jelas dalam kegiatan pembelajaran, yang merupakan implementasi dari metode:

Kegiatan pembelajaran
Kegiatan Awal
1. melakukan tanya jawab tentang benda benda di alam sekitar
2. menyamaikan tujuan pembelajaran
3. membuat kesepakatan
4. membagi kelompok
Kegiatan Inti
1. guru membagikan lembar kerja siswa secara kelompok
2. siswa melakukan pengamatan terhadap benda padat, cair dan gas
3. siswa mengerjakan LKS secara berkelompok
4. siswa melakukan diskusi kelas
5. siswa dan guru membuat kesimpulan bersama
6. guru memberikan penguatan hasil diskusi
7. guru memberikan kesempatan bertanya
8. guru memberikan kesempatan siswa untuk mencatat penguatan
Kegiatan Penutup
1. guru dan siswa merefleksikan benda kegunaan benda padat, cair, dan gas yang ada di dalam dan cara penggunaan dan pengawetannya
2. guru mengakhiri pembelajaran dengan motivasi kepada siswa

Pada kegiatan pembelajaran di atas, jelas sekali menunjukkan rincian dari metode yang telah ditulis pada metode pembelajaran, namun diuraikan lebih rinci langkah-langkah kegiatannya. Kegiatan pembelajaran di atas juga menunjukkan orientasi pembelajaran yang memberikan penguatan pada aktivitas siswa. Guru hanya memfasilitasi sebelum pelaksanaan pembelajaran, yakni menyiapkan benda-benda yang dibutuhkan untuk diamati siswa. Pada kegiatan pembelajaran inilah tercerminkan apakah pembelajaran berpusat pada siswa atau pada guru. Guru perlu memilih kegiatan yang lebih mengaktifkan siswa.
Langkah berikutnya setelah merumuskan kegiatan pembelajaran adalah merumuskan alat penilaian. Alat penilaian ini dibuat berdasarkan in dikator yang telah dibuat. Oleh karena itu pada Silabus penulisannya didekatkan antara indikator pencapaian KD dengan Penilaian. Meskipun penulisannya didekatkan, pola pikir penyusunan indikator dilakukan setelah mengutip KD, tidak seusai kegiatan pebelajaran.

Penilaian Hasil Belajar
Prosedur
Penilaian proses dan Hasil Belajar
Teknik
Penugasan, Unjuk Kerja, Tes Tulis
Instrumen
Lembar kerja Siswa, Format Pengamatan Diskusi, Soal


Pada prosedur dicantumkan penilaian proses dan penilaian hasil yang berarti hars melakukan penilaian semala prose pembelajaran dan sesudah. Teknik yang dupergunakan menili adalah Penugasan, terkait dengan penilaian ini intrumennya berupa Lembar Kerja Siswa, Unjuk Kerja instrumen yang dipakai adalah Lembar Pengamatan Unjuk Kerja (Diskusi) dan soal.
Setelah menuliskan istrumen yang pada penilaian hasil belajar kemudian di bawahnya dibuatlah insyrumen-instrumen seperti yang tercantum.

Lembar kerja Siswa
Kelompok : ...........
Prosedur:
Disediakan beberapa model benda padat, cair, dan gas
Perintah :
Amatilah benda-benda tersebut dengan teliti
Penugasan
1. Sebutkan benda-benda yang termasuk benda padat, cair dan gas beserta sifat-sifatnya, masukkan jawaban kalian pada kolom berikut:

No

Nama Benda
Termasuk Benda
Padat
Cair
Gas
1




2




3




4




5




6




7




8




9




10










Rubrik Penilaian
Siswa dianggap menguasai KKM bila sekurang-kurangnya mampu mengisi enam nomor dengan benar.
Setelah menulsikan isntrumen yang pertama disusul instrumen yang kedua dan ketiga. Pada bagian akhir instrumen dituliskan rambu-rambu jawaban untuk soal tertulis, serta rubrik penilaian masing-masing alat penilaian. Rubrik penilaian diperlukan sebagai kriteria untuk menetukan apakah seorang anak telah menguasai KKM atau belum.
Bagian paling akhir dari RPP adalah Sumber belajar. Pada bagian tersebut dituliskan buku-buku, majalah, koran, kamus, ensiklopedia serta alat alat yang mendukung proses pembelajaran. Pada penulisan buku lebih baik bila disepesifikasi pada halaman buku tempat materi yang dipergunakan. Pencantuman alat pada sumber belajar mengandung pengertian bahwa sumberbelajar tidak hanya buku, tetapi juga alat peraga yang dipergunakan.

Daftar Pustaka

Depdiknas. 2003. Pedoman Penilaian Kinerja Sekolah Dasar. Jakarta : Dirjendikdasmen

................., 2003. Panduan Pengelolaan Sekolah Dasar. Jakarta : Dirjendikdasmen

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses
[1] Disajikan dalam rangka Diklat Calon Kepala Sekolah di Kab Jombang. 1- 6 Desember 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar